Jember, kota indah penuh makna; Terbina sesuai namanya.

Jember yang merupakan bagian dari Jawa Timur adalah kota yang terkenal dengan hasil tembakaunya. Tak heran jika disini sering dijumpai pabrik rokok. Selain itu slogan dari kota ini adalah Jember Terbina. Menciptakan kota yang benar-benar dengan tujuan membangun desa dan menata kembali di daerah perkotaan.

Aku tak lama tinggal di Jember, baru 2 tahun berjalan. Seorang mahasiswa harus dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan tempat dimana ia tinggal, sama halnya dengan diriku yang harus mengikuti dan menyesuaikan dimana aku tinggal.

Sejauh ini yang aku kenal Jember adalah kota yang cukup sejuk, panasnya lebih rendah daripada kota-kota besar lainnya. Jangan salah, di Jember aku juga masih banyak menjumpai hutan-hutan dan pepohonan rindang khususnya didaerah kota. 

Oh ya, jika kamu di Jember jangan hanya diam di kos atau di kontrakkan. Carilah udara segar sesekali ketika kamu ada waktu lenggang. Mengapa demikian? Karena kamu nanti akan melihat seluk beluk dari kota ini. Dari sudut kesudut bakaln seru.

Dipostingan ini aku akan berbagi mengenai pengalaman awal berada di Jember. Malam Minggu tak biasanya aku berada di Kota. Aku biasa malam minggu di depan TV bersama keluarga. Tetapi malam Minggu ini beda, aku berdua dengan Bang Oriet memutuskan untuk menganyuh sepeda mengelilingi kota ini.

Aku membawa sepeda dengan gaya operan, sehingga dipastikan akan lebih cepat melaju daripada sepeda Bang Oriet yang masih menggunakan Onthelnya.
Kami menyusuri jalanan di Jember. Mengawali dari jalan Kalimantan, kemudian naik ke Jembatan semanggi, nah setelah Jembatan ini Bang Oriet masih sempat saja untuk mengajak balapan, eh kasihan kalah juga kan dia.

Aku bersama Bang Oriet ketika baru saja melewati Jembatan Semanggi.

Kami pun terus menganyuh sepeda dengan santai, terus bercerita dan mengobrol ringan. Betapa pintarnya orang yang menciptakan sepeda ini, sampai-sampai kita seimbang menaikinya. Tak lupa sentilan-sentilan kecil juga sempat keluat ketika kami melewati rumah mewah, "kerja apa ya kok sampai bisa buat rumah sebesar ini" hehe, canda Bang Oriet.

Kami berdua adalah penyuka dan penikmat sepeda. Tak meskipun malam kami tetap semangat dan penuh ceria menikmati Jember. Aku dan Bang Oriet masih penasaran alun-alun Jember pada malam hari, seperti apa suasana. Maklum kami berdua sama-sama dari Desa.

Setelah kami rasa cukup mengelilingi jalan alun-alun, pasar tanjung, Jalan Gajah Mada, Jalan Sultan Agung, kami pun berhenti di depan Pemerintah Kab. Jember.
Bagus sekali bangunnanya, putih kelap-kelip warna-warni. Tak ada di desaku bangunan yang seperti ini.
Lampu yang menyoroti gedung itu membuat kami semakin hangat ngobrol ringan, meski kami tak membeli segelas kopi itupun tetap asyik.


Kota Jember
Ketika kami di depan Pemkab Jember, kelap-kelip lampu gedung menghiasi.

Dan memang, ketika kami ke alun-alun Jember banyak sekali aktivitas yang kami lihat. Mulai dari permainan Volli, adek-adek bermain ayunan, pemuda-pemudi mojok, orang-orang berjualan, orang-orang internetan, penjual kopi yang keliling menawarkan ke orang-orang sekitar dan masih banyak lagi yang kami lihat, tka ketinggaln tukang parkir yang mengelus sepeda Onthel Bang Oriet, "kok apik sepedahe mas" (bagus sepedanya mas).
Kami senang berada disini, kami punya tempat untuk melepas penat, tempat yang cocok bagi kami pemancal sepeda dengan suasana orang-orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
---- Alun-alun Jember 24 September 2014.




LihatTutupKomentar
Cancel

saya menerima komentar Anda dalam bentuk yang mudah dibaca, mudah dipahami dan yang pasti sopan.

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk berkomentar di blog saya. Komentar dapat diketik pada kolon dibawah ini: